Di satu sisi, berita skandal mengenai tiga selebriti tersebut mendongkrak jumlah pembaca. Akan tetapi di sisi lain, peristiwa ini membuat miris jiwa kita sebagai orang timur. Apalagi mendengar, video mesum ini mengakibatkan dua bocah SD mencabuli seorang bocah SD lainnya di Jawa Timur.
Dilema! Yak itu lah yang dialami wartawan yang turut meliput pemberitaan mengenai video porno mirip Ariel, Luna Maya dan Cut Tari itu. Akan tetapi, tugas harus tetap dilaksanakan. Mengungkap fakta kepada masyarakat.
Ditambah lagi, ketiga narasumber berita penting tersebut tidak kunjung memberikan pernyataan yang lugas dan tegas mengenai video porno tersebut. Sehingga terkesan, video tersebut benar video mereka, akan tetapi mereka malu mengakuinya.
Akibatnya kejar-kejaran, dorong-dorongan terjadi antar wartawan dan selebriti yang hendak diwawancarai. Sehingga beberapa insiden pun terjadi, seperti perusakan kamera dan terlindasnya wartawati Tabloid Nova. Mungkin hal ini memang tidak disengaja, akan tetapi jika ketiga artis Ibu Kota itu mau berbicara lugas, tapi hal-hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Tadi pagi, Selasa 22 Juni Mabes Polri telah menetapkan Ariel sebagai tersangka dalam kasus video porno. Luna Maya dan Cut Tari masih sebagai saksi. Polisi juga belum menetapkan tersangka, yang menyebarkan video tersebut.
Meskipun polisi tidak secara lugas mengatakan bahwa bintang video tersebut adalah Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari, penetapan Ariel sebagai tersangka adalah ‘bahasa lain’ dari kepolisian bahwa memang merekalah bintangnya.
Lalu siapa penyebarnya? Apa motifnya? Misteri ini yang hingga kini belum berhasil diungkap penyidik Mabes Polri. Bisik-bisik sesama wartawan pun menimbulkan gosip baru. Ada yang bilang, bahwa pelakunya adalah pengusaha ternama di Jakarta, yang kesal dan dendam terhadap Ariel, karena istri simpanannya pernah ditiduri Ariel dan direkam dalam salah satu video, yang gosipnya total ada 23 video.
Ada juga bisik-bisik yang lain yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah teman dekatnya sendiri. Motifnya juga dendam, tidak ingin band dengan nama baru yang akan didirikan Ariel dan rekan-rekannya itu sukses di pasaran. Penulis ingin menekankan, kedua hal ini adalah gosip, boleh didengar, boleh dibicarakan tapi tidak boleh dipercaya, apalagi diberitakan, sebelum ada fakta yang jelas.
Penulis pun sempat berbincang-bincang dengan sejumlah musisi yang pernah malang melintang di dunia industri musik. Mereka mengakui bahwa memang ada mafia di dalam industri musik. Mafia ini bertugas bagaimana menjegal produk (grup band, penyanyi) kompetitor agar tidak sukses, mafia ini juga bertugas untuk menaikkan popularitas produk mereka sendiri dengan isu atau gosip murahan.
Salah satu musisi tersebut bahkan mengaku pernah ikut dalam salah satu meeting, yang membicarakan rencana kotor untuk menjegal produk lawan. Misalnya, jika kompetitor ingin me-launching sebuah album atau band baru. Maka, dilakukan berbagai macam cara untuk menjegalnya, dengan menghalalkan segala cara.
Dari menghembuskan isu-isu yang tidak benar sampai kepada penjegalan dengan cara membunuh karakter orang yang dituju. Tentunya ini bukanlah cara yang benar dan pantas untuk dilakukan, tapi itu memang nyata.
Semoga saja, kedua hal tadi hanya gosip murahan dan tidak benar adanya. Jika seandainya benar maka sungguh sangat ironis dan tidak dapat dibenarkan secara akal sehat. Seharusnya persaingan di antara sesama industri musik dilakukan dengan menciptakan karya yang lebih baik, bukan malah saling menghancurkan.
sumber : okezone