Beragam tanggapan muncul atas keluhan terhadap sikap arogan petugas Patroli dan Pengawalan (Patwal) dan pola pengamanan pejabat negara. Berawal dari surat pembaca Hendra NS yang dimuat Harian Kompas, Jumat kemarin, rupanya pengalaman Hendra menjadi pengalaman jamak warga lainnya.
Beberapa warga Jakarta yang dijumpai Kompas.com, Sabtu (17/7/2010), juga mengeluhkan hal yang sama. Demikian juga pada komentar yang dituangkan di tulisan mengenai pengawalan pejabat sebelumnya.
Di antara beragam pendapat dan masukan itu, salah satunya mengusulkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan helikopter saja. Tentunya, jika memang ia harus dievakuasi atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya untuk kepentingan tugas negara yang sangat mendesak.
Sebab, pola pengawalan dan sterilisasi jalan bagi para pejabat dikeluhkan warga cukup merepotkan. Apalagi jika terjadi di jam-jam sibuk. Anjuran ini tak hanya untuk Presiden, tetapi juga para pejabat negara lainnya.
"Bayangkan, kalau pagi hari atau siang, di mana semua orang juga sedang berpacu dengan waktu. Tiba-tiba diberhentikan karena mendahulukan perjalanan VVIP. Sebagai masyarakat yang juga memberikan kontribusi untuk pembangunan fasilitas publik, saya suka kesal. Kalau memang sangat penting, supaya tidak mengganggu, Presiden naik heli (helikopter) aja deh. Biar semua orang enggak dibikin repot. Menterinya ya enggak usah lebay pake heli, tapi pake perhitungan waktu. Jangan mentang-mentang jalannya dikasih lancar, berangkat mepet-mepet," kata Puspita Lani, salah seorang warga Jakarta yang dijumpai di kawasan Senayan, siang ini.
Puspita mengaku sehari-harinya mengendarai kendaraan roda empat sendiri dari rumahnya di kawasan Cilandak menuju kantornya di kawasan Sudirman. Beberapa kali, saat berkendara untuk urusan kerjaan, ia sering terhambat karena sterilisasi jalan bagi VVIP.
Komentar pembaca Kompas.com juga hampir sama. Salah satunya yang dituliskan oleh Paul Chandra. "Pertama saya baca di Surat Pembaca Kompas, saya marah dengan cara-cara patwal. Rakyat bayar pajak di antaranya untuk bayar gaji para Patwal. Apa mereka merasa penting, paling hebat ? Kenapa arogan sekali. Wibawa Anda akan jatuh, kami tidak menaruh hormat dengan Anda. Anda akan dibenci oleh Rakyat. Saya sendiri pernah mengalami penutupan selama 20 menit di sekitar jalan Merdeka. Saat itu saya harus berjibaku dgn kemacetan pagi untuk masuk kantor supaya tidak kena potongan keterlambatan. Bapak Presiden yg terhormat, apakah bisa dimungkinkan transportasi kepresidenan menggunakan helikopter. Bapak akan lebih cepat, aman dan tidak menggganggu akses public," demikian tulis Paul.
Anggota Komisi Pemerintahan (Komisi II DPR), Ganjar Pranowo, juga mengatakan, Presiden perlu mempertimbangkan untuk menggunakan helikopter yang menjadi salah satu fasilitas kepresidenan.
"Kalau memang sangat mendesak, pakai heli juga enggak apa-apa. Wong kondisi Jakarta tidak bisa diatasi kemacetannya kok. Tetapi, pada hari kerja sebaiknya dikurangi untuk kembali ke kediaman pribadi. Lebih baik tinggal di Istana," kata Ganjar.
Beberapa warga Jakarta yang dijumpai Kompas.com, Sabtu (17/7/2010), juga mengeluhkan hal yang sama. Demikian juga pada komentar yang dituangkan di tulisan mengenai pengawalan pejabat sebelumnya.
Di antara beragam pendapat dan masukan itu, salah satunya mengusulkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan helikopter saja. Tentunya, jika memang ia harus dievakuasi atau berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya untuk kepentingan tugas negara yang sangat mendesak.
Sebab, pola pengawalan dan sterilisasi jalan bagi para pejabat dikeluhkan warga cukup merepotkan. Apalagi jika terjadi di jam-jam sibuk. Anjuran ini tak hanya untuk Presiden, tetapi juga para pejabat negara lainnya.
"Bayangkan, kalau pagi hari atau siang, di mana semua orang juga sedang berpacu dengan waktu. Tiba-tiba diberhentikan karena mendahulukan perjalanan VVIP. Sebagai masyarakat yang juga memberikan kontribusi untuk pembangunan fasilitas publik, saya suka kesal. Kalau memang sangat penting, supaya tidak mengganggu, Presiden naik heli (helikopter) aja deh. Biar semua orang enggak dibikin repot. Menterinya ya enggak usah lebay pake heli, tapi pake perhitungan waktu. Jangan mentang-mentang jalannya dikasih lancar, berangkat mepet-mepet," kata Puspita Lani, salah seorang warga Jakarta yang dijumpai di kawasan Senayan, siang ini.
Puspita mengaku sehari-harinya mengendarai kendaraan roda empat sendiri dari rumahnya di kawasan Cilandak menuju kantornya di kawasan Sudirman. Beberapa kali, saat berkendara untuk urusan kerjaan, ia sering terhambat karena sterilisasi jalan bagi VVIP.
Komentar pembaca Kompas.com juga hampir sama. Salah satunya yang dituliskan oleh Paul Chandra. "Pertama saya baca di Surat Pembaca Kompas, saya marah dengan cara-cara patwal. Rakyat bayar pajak di antaranya untuk bayar gaji para Patwal. Apa mereka merasa penting, paling hebat ? Kenapa arogan sekali. Wibawa Anda akan jatuh, kami tidak menaruh hormat dengan Anda. Anda akan dibenci oleh Rakyat. Saya sendiri pernah mengalami penutupan selama 20 menit di sekitar jalan Merdeka. Saat itu saya harus berjibaku dgn kemacetan pagi untuk masuk kantor supaya tidak kena potongan keterlambatan. Bapak Presiden yg terhormat, apakah bisa dimungkinkan transportasi kepresidenan menggunakan helikopter. Bapak akan lebih cepat, aman dan tidak menggganggu akses public," demikian tulis Paul.
Anggota Komisi Pemerintahan (Komisi II DPR), Ganjar Pranowo, juga mengatakan, Presiden perlu mempertimbangkan untuk menggunakan helikopter yang menjadi salah satu fasilitas kepresidenan.
"Kalau memang sangat mendesak, pakai heli juga enggak apa-apa. Wong kondisi Jakarta tidak bisa diatasi kemacetannya kok. Tetapi, pada hari kerja sebaiknya dikurangi untuk kembali ke kediaman pribadi. Lebih baik tinggal di Istana," kata Ganjar.
0 komentar:
Posting Komentar