Pembangunan Jembatan Selat Sunda Kelar 2020

Pulau Jawa dan Sumetera diperkirakan sudah bisa tersambung sepuluh tahun lagi. Ini jika rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Jawa dan Sumatera itu benar-benar rampung pada 2020. Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan, pembangunan jembatan itu membutuhkan anggaran Rp 100 triliun.

’’Jumlah itu hanya untuk infrastruktur jembatan, belum termasuk lahan yang dikembangkan di kedua provinsi tersebut,’’ kata Atut dalam penyerahan prastudi kelayakan pembangunan Jembatan Selat Sunda kepada pemerintah di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam (13/8).

Atut mengatakan, pendanaan berasal dari konsorsium yang dibentuk kemudian. Atut berharap, pemerintah pusat bisa membuat payung hukum dan lembaga yang menjamin keberlanjutan pembangunan jembatan itu. Pembangunan tersebut, lanjut dia, akan menambah pertumbuhan ekonomi di provinsinya 2–8 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Lampung bertambah 4–11 persen.

Prastudi kelayakan dikerjakan pemrakarsa megaproyek itu, yakni PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM), salah satu perusahaan yang tergabung dalam Artha Graha Network (AGN). Penyerahan prastudi kelayakan dilakukan Dirut BSM Agung Prabowo dan bos Artha Graha Tomy Winata kepada Menteri PPN Paskah Suzetta, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, dan Gubernur Lampung Sjahroedin Z.P.

Meski proyek tersebut bersifat jangka panjang, Tomy Winata optimistis pembangunan itu didukung pemerintah. ’’Proyek ini dibangun demi kepentingan bangsa dan rakyat. Saya kira siapa pun pemerintahnya nanti pasti punya komitmen,’’ ujar Tomy. Dia mengungkapkan, efek berlipat keuntungan ekonomi tersebut akan dinikmati seluruh pebisnis, khususnya di Banten dan Lampung.

Meski demikian, Tomy menyatakan ketertarikannya terhadap proyek itu bukan semata pertimbangan ekonomis. ’’Kalau mulai dengan keuntungan, saya tidak mulai proyek ini. Waktu diresmikan nanti, saya yang berumur 63 tahun menanggung utang Rp 100 triliun,’’ kata Tomy.

Panjang jembatan Selat Sunda hampir mencapai 30 kilometer dan memanfaatkan sejumlah pulau kecil di selat tersebut. Itu artinya, lebih dari lima kali lipat panjang Jembatan Suramadu yang mencapai 5,4 kilometer. Prastudi kelayakan sudah mempertimbangkan potensi gempa serta dampak letusan anak Gunung Krakatau.

Paskah Suzetta optimistis megaproyek itu mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara nasional. ’’Hampir 80 persen penduduk Indonesia berada di Jawa dan Sumatera. Dengan begitu, pembangunan jembatan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,’’ tuturnya.

Paskah menambahkan, lalu lintas barang dan penumpang di pelabuhan Merak–Bakauheni diperkirakan terus bertambah. Saat ini jumlah penumpang yang menyeberang di pelabuhan itu mencapai 20 juta orang dan 1,75 juta ton barang per tahun. Pada 2020, diperkirakan meningkat menjadi 40 juta orang dan 3,5 juta ton barang.

Secara ekonomis, lanjut Paskah, pembangunan jembatan itu cukup menguntungkan. Dokumen prastudi kelayakan akan dikaji pemerintah. Ketika disetujui dan mulai dilelang, pemrakarsa mendapatkan nilai preferensi 10 persen.

Gubernur Lampung Sjahroedin Z.P. mengungkapkan, sepuluh tahun ke depan pelabuhan Merak–Bakauheni tidak akan mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi di Lampung dan Banten.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by SeKeDaR bErBaGi