"Pecel Noordin M Top" dan "Lotis Teroris"... di Kepuhsari

Makan gendar pecel di Solo itu biasa, tetapi makan gendar pecel Noordin M Top itu yang ruar biasa. Makanan khas Jawa ini bukan buatan buron teroris asal Malaysia Noordin M Top, melainkan buatan Mbah Darso Pupon (66), warga Kampung Kepuhsari RT 03 RW 011 Kelurahan Mojosongo, Jebres, Solo, Jateng.

Makanan ini sejak Senin (21/9) dijual Mbah Darso di teras rumahnya, yang persis berhadapan dengan rumah kontrakan pasangan Susilo-Putri Munawaroh, tempat tewasnya Noordin dan anggota jaringan terorisnya, yaitu Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Ario Sudarso alias Aji, dan Susilo.

Melihat ribuan orang yang tiap hari mendatangi tempat tewasnya Noordin, Mbah Darso dan anaknya, Suparmi, pun mencoba membuka warung dadakan. Agar menarik perhatian, Mbah Darmo memasang tulisan di kertas karton ”Sedia Gendar Pecel Noordin M Top” dan ”Lotis Teroris” di depan meja jualan.

Cara ini ternyata jitu. Setiap orang yang berdiri di depan rumah Mbah Darmo otomatis melihat tempelan kertas tersebut dan tertarik mencicipi makanan yang dijual. Selain gendar pecel dan lotis seharga Rp 2.000 per porsi, Mbah Darmo juga menyediakan bakwan dan gorengan lainnya yang dijual seharga Rp 1.000 per potong, es teh manis dan kopi Rp 2.000 per gelas, dan mi instan plus telur Rp 5.000 per porsi. ”Lumayan bisa dapat rezeki tambahan,” ujar Suparmi.

Lucunya, tak hanya membeli makanan Mbah Darmo, tulisan gendar pecel Noordin M Top dan lotis teroris malah menjadi sasaran foto. ”Buat bukti kepada teman-teman di Jakarta kalau aku datang ke tempat Noordin M Top ditembak,” ujar Joko (16), warga Kebayoran Lama, yang mudik bareng orangtuanya di Solo.

Berita tewasnya buron teroris asal Malaysia, Noordin M Top, ternyata mengundang perhatian besar di kalangan masyarakat. Kendati telah disiarkan berulang kali di televisi dan radio, diberitakan di koran dan media online, sejumlah masyarakat merasa tidak puas jika belum mendatangi dan menyaksikan langsung tempat Noordin tewas.

Sejak Kamis (17/9) hingga Selasa (22/9), ribuan orang berbondong-bondong mendatangi lokasi tewasnya Noordin M Top dan gerombolannya. Sejak pagi hingga petang, rumah kontrakan Susilo tempat persembunyian terakhir Noordin M Top, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, dan Ario Sudarso alias Aji jadi tontonan. Warga pun memasang papan petunjuk menuju lokasi.

Rumah yang diserbu tim polisi antiteror Mabes Polri pada Rabu (16/9) hingga Kamis (17/9) pagi sebagian ditutup seng. Yang terlihat hanyalah bagian atap rumah yang hancur terbakar, bagian belakang, dan sebagian samping rumah yang tidak ditutupi seng. Garis polisi masih mengelilingi kawasan rumah itu dan puluhan polisi masih berjaga.

Ribuan orang silih berganti menonton rumah itu. Paling dekat melihat dari depan rumah Mbah Darmo. Yang datang menonton tak hanya warga Solo, tetapi juga warga luar Kota Solo, bahkan pemudik dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Walau jalanan macet, keluarga Suhadi dari Yogyakarta rela datang ke Kepuhsari. ”Saya pikir bisa lihat rumah hancur ditembaki. Ternyata cuma nonton Noordin seng. Lah, rumahnya ditutupi seng semua, kita enggak bisa lihat apa-apa. Malah melihat kandang sapi. Aduh capek deh,” ujar Nyonya Suhadi.

Lain lagi kesan pasangan Heri Joko (45) dan Sri Purwaning (44), warga Pondok Indah, Jakarta, yang mudik ke Sragen. Walau hanya melihat rumah tertutup seng bersama dua anaknya, mereka puas karena bisa datang langsung ke tempat tewasnya Noordin. Mereka bahkan foto-foto buat bukti telah mendatangi Kepuhsari. Banyaknya pengunjung dimanfaatkan pemuda untuk menarik ongkos parkir.

Ketua RT 03 Suratmin mengaku dana itu sebagian untuk kegiatan kampung dan karang taruna. ”Kampung kami mendadak jadi terkenal,” kata Suratmin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Template by SeKeDaR bErBaGi