Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Kembalikan tanganku ayah ....
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Di Bali, Hilton Beli "Steak" Rp 600.000 untuk Anjing
"Melihat anjing kampung kelaparan dekat sebuah restoran di pantai membuat saya sedih. Jadi, kami memesan filet mignon dan dia menyukainya!" tulis pewaris kerajaan bisnis Hotel Hilton itu lewat akun Twitter-nya.
Hilton mengaku kasihan saat melihat anjing itu tetap terjaga pada malam hari. "Saya kemudian mencari informasi di internet untuk melihat apa yang bisa saya lakukan untuk menolongnya," kata Hilton.
Menurut The Sun, harga filet mignon yang dibeli Hilton termasuk makanan mewah. Harganya kisaran 50 euro atau sekitar Rp 600.000.
Pada Minggu (13/11/2011) lalu, Hilton juga sempat mengunjungi kawasan Uluwatu. Di sana, ia mengaku senang bisa melihat monyet-monyet berkeliaran ke sana-kemari. Ia lantas menulis di Twitter-nya kalau monyet-monyet itu sangat menggemaskan. "How adorable is this monkey? I want to take him home! So much fun feeding them bananas! Loves it."
Berikutnya 20-11-2011
Lalu, di Singapura, seturut warta Xinhua hari ini, ada total 574 pasangan sudah mendaftarkan diri menikah saat ini. Mereka menyebut hari ini sebagai "The Triple Eleven".
Di China, hal serupa terjadi pula. Hari istimewa ini disebut "Hari Para Lajang". Pasalnya, pada hari ini, para lajang, baik pria maupun wanita, berkumpul bersama sembari berharap menemukan jodoh.
Nah, kalangan bisnis, sebagaimana warta The Straits Times, juga bersiap-siap menangguk untung sembilan hari dari sekarang. Pasalnya, pada Minggu (20/11/2011), mereka menganggap terjadi lagi repetisi susunan angka menjadi 20-11-2011. Maksudnya, ada dua kali pengulangan angka 20 dan 11.
Sampai sekarang, menurut koran lokal Singapura itu, sudah ada 607 pemesanan tempat di hotel-hotel untuk acara pernikahan. "Kalangan bisnis berharap tanggal tersebut adalah hari baik untuk memperoleh untung," begitu tulis koran tersebut.Tanggal 11-11-11 Bisa Disebut Palindrom
Analisis fengsui menyebut bahwa pada tanggal tersebut, elemen Bumi berupa api Yang dan elemen langit berupa logam Yang. Karena elemen api dan logam saling merusak, maka hari itu dianggap hari yang tidak baik, terutama untuk menikah.
Beda lagi dengan analisis masyarakat modern yang suka angka cantik. Jika menurut fengsui 11-11-11 bukanlah hari baik untuk menikah, masyarakat justru memanfaatkan hari itu untuk melangsungkan pernikahan. Seperti diberitakan sebelumnya, pernikahan pada hari itu justru membeludak.
Jadi, mana yang benar? Hari baik atau hari buruk? Jawabannya mungkin akan tergantung pada kebudayaan tempat masyarakat berada. Mungkin saja dalam masyarakat tertentu, 11-11-11 bisa jadi dianggap hari kiamat seperti budaya lain hari-hari berangka cantik sebagai hari kiamat.
Palindrom
Yang sebenarnya menarik dan belum banyak disinggung bahwa 11-11-11 adalah palindrom. Istilah palindrom sendiri tak ada kaitannya sama sekali dengan dunia mistis maupun hari kiamat. Palindrom adalah susunan angka, kata, atau frase yang bila dibaca dari depan ataupun belakang tetap sama.
Contoh palindrom kata yang terkenal adalah "Madam, I'm Adam". Coba baca dari depan maupun belakang dengan mengabaikan apostrof, bunyinya akan sama. Contoh lain yang bisa dicermati adalah "was it a rat i saw" serta kata "level". Dalam bahasa Indonesia, ada juga beberapa contoh. Misalnya "kasur rusak", sama bukan jika dibaca dari dua arah. Sementara ada juga contoh lain, di antaranya "rumus sumur", "kosok", "katak", "malam", "taat", serta "aku suka".
Nah, 11-11-11 adalah salah satu bentuk angka jika formulanya adalah tanggal-bulan-tahun, dengan tulisan tahun hanya ditulis dua digit. Dengan formula bulan-tanggal-tahun, bulan ini juga ada angka palindrom, yakni 11-02-2011. Tahun depan, akan ada beberapa palindrom. Dengan formula bulan-tanggal-tahun ada 2-10-2012 dan 21-02-2012. Dengan formula tanggal-bulan-tahun, ada 2-10-2012. Dalam jangka panjang, ada tanggal 02-02-2020 serta 13-02-2031.
Palindrom juga dikenal pada angka-angka biasa, misalnya 131 dan 12345678987654321. ada juga contoh operasi hitung yang panjang dan rumit yang nantinya akan menghasilkan palindrom angka, contohnya bila memulai menambahkan angka palindrom, 89+98. Cermati operasi hitung berikut:
89 + 98 = 187 187 + 781 = 968 968 + 869 = 1.837 1.837 + 7.381 = 9.218 9.218 + 8.129 = 17.347 17.347 + 74.371 = 91.718 91.718 + 81.719 = 173.437 173.437 + 734.371 = 907.808 907.808 + 808.709 = 1.716.517 1.716.517 + 7.156.171 = 8.872.688 8.872.688 + 8.862.788 = 17.735.476 17.735.476 + 67.453.771 = 85.189.247 85.189.247 + 74.298.158 = 159.487.405 159.487.405 + 504.784.951 = 664.272.356 664.272.356 + 653.272.466 = 1.317.544.822 1.317.544.822 + 2.284.457.131 = 3.602.001.953 3.602.001.953 + 3.591.002.063 = 7.193.004.016 7.193.004.016 + 6.104.003.917 = 13.297.007.933 13.297.007.933 + 33.970.079.231 = 47.267.087.164 47.267.087.164 + 46.178.076.274 = 93.445.163.438 93.445.163.438 + 83.436.154.439 = 176.881.317.877 176.881.317.877 + 778.713.188.671 = 955.594.506.548 955.594.506.548 + 845.605.495.559 = 1.801.200.002.107 1.801.200.002.107 + 7.012.000.021.081 = 8.813.200.023.188
Coba lihat hasil akhir, angka 8.813.200.023.188, yang merupakan contoh palindrom angka. Dan, angka itu didapatkan dengan cara menjumlahkan palindrom angka yang hasilnya lalu ditambahkan lagi dengan angka yang dibaca dari arah berlawanan.
Dalam sejarah, angka-angka cantik termasuk palindrom angka dianggap memiliki makna tertentu. Tetapi, apakah benar memiliki makna? Psikolog berpandangan bahwa cara manusia memaknai angka cantik mungkin hanya "apophenia". Definisi istilah tersebut adalah kecenderungan manusia untuk selalu mencari arti di balik data yang random. Karena pencarian itu kadang manusia lalu membuat kaitan pada sesuatu yang tak terkait.
Para ilmuwan mengatakan bahwa manusia punya kemampuan kognitif sehingga cenderung selalu menalar. Kemampuan menalar jelas memberikan hal baik kala menganalisis. Tapi jika "terlalu", manusia kadang justru menalar hal-hal yang sebenarnya tak ada. Jadi, 11-11-11 mungkin tak ada maknanya sama sekali.
Orang hanya mulai memaknai ketika ada satu orang mengungkap salah satu pandangan tentang angka itu. Pandangan kemudian menyebar lewat mulut atau jejaring sosial sehingga heboh dan seolah istimewa.
Namun, jika memang beberapa kalangan menganggap tanggal ini istimewa, tentunya tak masalah. Misalnya, bagi mereka yang melangsungkan pernikahan pada 11-11-11 dan pukul 11.11, tentunya pada akhirnya tanggal itu akan berarti secara personal.
Zhang Da, Kisah Seorang Anak Teladan dari Negeri China
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati. Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggung jawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya,
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya. Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.
Kisah Kejujuran Dua Bocah Penjual Tisu di Pinggir Jalan
Siang ini, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka makhluk-makhluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan Setia Budi, dua sosok kecil berumur kira-kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan, “Terima kasih Oom!” Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.
Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki-laki itu pun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi-lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, dua pertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan.
Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang menggayuti langit Jakarta.
“Terima kasih ya mbak … semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah.
“Maaf, nggak ada kembaliannya … ada uang pas nggak mbak?” mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
“Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan?” suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah. “Nggak punya!”, tukas saya. Lalu tak lama si wanita berkata “Ambil saja kembaliannya, dik!” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur.
Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja, nggak apa..apa ambil saja!”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak, cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !”
Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka. Uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya. Mereka menghampiri saya dan berujar “Om, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek!”
“Eeh … nggak usah … nggak usah … biar aja … nih!” saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya, tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, “Nanti dulu Om, biar ditukar dulu … sebentar.”
“Nggak apa apa, itu buat kalian” lanjut saya. “Jangan … jangan oom, itu uang oom sama mbak yang tadi juga” anak itu bersikeras. “Sudah … saya ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas !”, saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat.
Secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari ke arah saya. “Ini deh om, kalau kelamaan, maaf ..”. Ia memberi saya delapan pack tissue. “Buat apa?”, saya terbengong “Habis teman saya lama sih oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu”. Walau dikembalikan ia tetap menolak.
Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai si kecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah. “Terima kasih Om!”..mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan, “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil yang lain menyahut, “Lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin …….”.
Percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan. Tuhan, hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang tissue.
Dua anak kecil yang bahkan belum balig, memiliki kemuliaan di umur mereka yang begitu belia. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil.